Aku tinggal dibumi. Tapi, carilah aku di langit. Sebab aku
tertahan diantara bintang-bintang. Kau jemput aku dengan doa-doa setelah
shalatmu. Kau tengadahkan tanganmu atau bersujud, berdoalah untuk memintaku.
Aku tertahan dan garis batas yang membentang diantara kita selebar langit dan
bumi.
Aku tinggal di bumi, tapi carilah aku dilangit. Di sepertiga
malammu saat Tuhan turun ke langit bumi. Mintalah aku yang berada di genggaman
tangan-Nya. Percuma mencariku di bumi, sebab kunci itu ada d langit. Kunci yang
akan menghapus garis batas diantara kita. Mengubah garis yang tadinya neraka,
menjadi surga.
Aku berada di tempat yang tidak bisa kau temui di bumi. Tapi
kau bisa menemuiku di langit, meski bukan wujud kita yang bertemu. Melainkan
doa-doa kita yang menggetarkan singgasana-Nya. Temukan aku di langit, didalam
doa-doa panjangmu. Didalam harapanmu.
Meski kita tidak saling tahu nama, tidak saling tahu rupa.
Jemputlah aku dilangit. Sebab aku tahu, kau mengenalku bukan karena nama dan
rupa. Doa kita telah bertemu sebelum fisik kita.
Mudah bagi-Nya membuat kita kemudian bertemu. Tidak hanya
bertemu namun juga disatukan. Sebagaimana doa-doa yang sebelumnya telah kita
panjatkan.
Pertemuan kita yang pertama berada di langit, kan? Sekarang
kau tahu, mengapa aku memintamu mencariku di langit?
Itu karyanya, dari Kurniawan Gunadi.
Somehow, when we read this kind of thing, it fits perfectly
into the empty spot in our heart. So I decided to crack the silence by posting
this.
Its been so long, right? :')
Credits to Budak Tomato's blog.
No comments:
Post a Comment